Sunday, September 15, 2013

Pilih Sukses Berdiet Atau Rajin Menabung ?

'Say No To The Paparazzo!' photo (c) 2009, Steve Snodgrass - license: http://creativecommons.org/licenses/by/2.0/Manusia bisa menahan godaan dengan mengandalkan daya kemauannya. Namun, daya kemauan dapat runtuh oleh emosi dan semakin menurun oleh waktu. Daripada mengandalkan kemauan, sebaiknya menghindari godaan dari sejak semula. Hasil studi terbaru oleh para peneliti dari Universitas Cambridge dan Dusseldorf mengkonfirmasi hal tersebut.

Jika Anda sedang mencoba untuk menurunkan berat badan atau menabung untuk masa depan, menghindari godaan dapat meningkatkan peluang Anda untuk sukses dibandingkan dengan mengandalkan kemauan.
Molly Crockett dari Universitas Cambridge mengatakan: “Penelitian kami menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mengalahkan godaan adalah menghindari berhadapan dengannya dari sejak semula.”

Para peneliti membandingkan efektivitas kemauan dibandingkan membatasi akses ke godaan secara sukarela, atau apa yang mereka sebut sebagai prakomitmen (Contoh prakomitmen adalah menghindari membeli makanan yang tidak sehat dan menempatkan uang di rekening tabungan yang mengenakan denda besar bila melakukan penarikan). Para peneliti juga mempelajari mekanisme di otak yang berperan dalam prakomitmen untuk lebih memahami mengapa hal tersebut sangat efektif.

Untuk penelitian ini, para peneliti merekrut relawan pria sehat dan memberi mereka serangkaian pilihan: mereka harus memutuskan antara godaan berupa “hadiah kecil” yang langsung tersedia atau “hadiah besar” yang tersedia setelah penundaan. Hadiah kecil adalah gambar erotis agak “hot” dan hadiah besar adalah gambar erotis yang “sangat hot”. Karena manfaat gambar erotis dapat langsung dirasakan dengan melihat, para peneliti dapat menyelidiki mekanisme kontrol diri saat para relawan membuka gambar-gambar itu secara real-time. (Para ilmuwan tidak bisa menggunakan uang, misalnya, karena subyek hanya bisa memetik manfaat uang setelah mereka meninggalkan lab.)

Untuk beberapa pilihan, dengan hadiah-hadiah kecil yang terus tersedia, dan para relawan harus menguatkan kemauan untuk menolak pilihan itu sampai hadiah yang besar tersedia. Tapi untuk beberapa pilihan lainnya, subyek diberi kesempatan untuk melakukan prakomitmen: sebelum pilihan yang menggoda disampaikan, mereka boleh memilih untuk tidak menghadapi godaan itu.

Para ilmuwan mengukur pilihan subyek dan aktivitas otak ketika mereka membuat keputusan ini. Mereka menemukan bahwa prakomitmen adalah strategi pengendalian diri yang lebih efektif daripada kemauan: subyek lebih mungkin untuk mendapatkan hadiah besar ketika mereka memiliki kesempatan untuk prakomitmen. Mereka juga menemukan bahwa orang yang paling impulsif (orang-orang dengan tekad terlemah) adalah yang paling diuntungkan oleh prakomitmen.

Para ilmuwan juga mampu mengidentifikasi daerah otak yang berperan dalam tekad dan prakomitmen. Mereka menemukan prakomitmen secara khusus mengaktifkan korteks frontopolar, daerah yang terlibat dalam pemikiran masa depan. Selain itu, ketika korteks frontopolar terlibat dalam prakomitmen, ia meningkatkan komunikasi dengan area yang berperan penting dalam kemauan yaitu korteks prefrontal dorsolateral. Dengan mengidentifikasi jaringan otak yang terlibat dalam kemauan dan prakomitmen, penelitian membuka jalan baru untuk memahami kegagalan pengendalian diri.

Tobias Kalenscher dari University of Dusseldorf mengatakan: “Data otak ini menarik karena mengisyaratkan suatu mekanisme cara kerja prakomitmen: berpikir tentang masa depan mungkin melibatkan daerah frontopolar, yang berdasarkan hubungan mereka dengan korteks prefrontal dorsolateral mampu membimbing perilaku terhadap prakomitmen.”

SUMBER

0 komentar:

Post a Comment